
Teladan Nabi SAW: Dakwah dengan Hikmah (Siaran Keagamaan)
BANJARMASIN, 9 September 2025 – Siaran Keagamaan RRI PRO2 Banjarmasin, bekerja sama dengan Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Antasari Banjarmasin, mengangkat tema krusial mengenai metode dakwah Nabi Muhammad SAW. Narasumber utama, Bapak Najib Irsyadi, M.Hum., menegaskan bahwa berdakwah harus dilakukan dengan hikmah (kebijaksanaan) sebagai kunci utama keberhasilan syiar Islam.
Beliau menjelaskan bahwa dakwah dengan hikmah bukan sekadar mengajak, melainkan sebuah metode yang arif, bijaksana, dan adil. Konsep ini menuntut para pendakwah untuk cerdas membaca situasi dan kondisi objek dakwah. “Nabi diperintahkan oleh Allah, sebagaimana dalam Surah An-Nahl ayat 125, untuk berdakwah dengan hikmah. Walaupun masyarakat Arab saat itu memiliki karakter keras, Allah tetap memerintahkan untuk berdakwah dengan lemah lembut,” ujar Bapak Najib.
Lebih lanjut, beliau merinci tiga indikator utama dari metode dakwah Nabi yang harus diteladani:
- Lemah Lembut (Pendekatan Hati)
Dakwah harus menyentuh hati penerima, bukan sekadar logika. Hati diibaratkan kain lembut yang akan mudah tersentuh oleh kelembutan. “Jika hatinya sudah menyatu, maka mudah bagi kita untuk mengajaknya. Ini adalah metode dari hati ke hati,” jelasnya. - Menggunakan Ilmu yang Benar
Hikmah juga berarti membawa ajakan kepada jalan yang hak (benar), bukan yang batil (salah). Ajakan harus berlandaskan ilmu yang sahih sehingga masyarakat melihat jalan yang dituju adalah jalan kebaikan yang objektif. - Menyesuaikan Diri dengan Objek Dakwah
Pendakwah wajib menyesuaikan bahasa, topik, dan metode dengan audiens yang dihadapi, baik itu anak-anak, remaja (Gen Z/Milenial), maupun orang tua. Beliau mencontohkan, bagi anak-anak, nilai yang ditanamkan adalah kejujuran dan kedisiplinan Nabi. Sementara bagi remaja, bisa dicontohkan kisah keberanian Sayidina Ali bin Abi Thalib. Penyesuaian ini penting untuk menghindari kesan paksaan (laa ikraaha fiddin).
Sabar dan Tawakal saat Ditolak
Menanggapi pertanyaan mengenai penolakan dalam berdakwah, Bapak Najib menekankan bahwa hal tersebut sudah menjadi konsekuensi. Kunci menghadapi penolakan, bahkan caci maki, terletak pada dua hal: kesabaran penuh dan tawakal kepada Allah.
“Nabi berdakwah selama 23 tahun. Beliau dicaci, bahkan hampir dibunuh, namun besoknya kembali berdakwah. Ini adalah teladan kesabaran,” kata Bapak Najib. Setelah berusaha maksimal, seorang pendakwah harus menyerahkan hasilnya kepada Allah. Beliau mencontohkan, Nabi di siang hari berdakwah, dan di malam hari salat untuk melaporkan serta memasrahkan segala usahanya kepada Tuhan.
Bapak Najib juga memberikan solusi bagi para remaja yang kerap dicibir “sok suci” saat mengajak kebaikan. Beliau menyarankan untuk memprioritaskan Dakwah Bil Hal (dakwah melalui perbuatan).
“Mulailah dari diri sendiri (ibda’ binafsik). Jika ingin mengajak orang lain jujur, maka kita duluan yang harus bersikap jujur. Keteladanan ini lebih kuat daripada ucapan” tutup Bapak Najib, seraya menegaskan bahwa sifat lemah lembut adalah akhlak terpenting karena Nabi adalah Rahmatan lil ‘Alamin yang selalu menyebarkan kasih sayang, bukan kekerasan.
Siaran ini dapat disaksikan ulang melalui Channel Youtube RRI Pro2 Banjarmasin, atau tekan di sini
Ditulis oleh: Muhammad Arsyad – Mahasiswa IAT Angkatan 2023